Langsung ke konten utama

Pengelolaan Limbah Laboratorium

PENGELOLAAN LIMBAH LABORATORIUM
Oleh Harry Saputra, S.K.M

Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan kerja

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik, yang lebih dikenal sebagai sampah, yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Limbah laboratorium adalah limbah yang berasal dari kegiatan laboratorium. Limbah yang dihasilkan ada 2, yakni limbah cair dan limbah padat. Sumber limbah laboratorium dapat berasal dari :
Bahan baku yang telah kadaluarsa
Bahan habis pakai
Sisa hasil dari proses dilaboratorium
Produk upaya penanganan limbah.
Berdasarkan sifatnya, limbah dibedakan menjadi :
Limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun)
Suatu limbah digolongkan sebagai limbah B3 bila mengandung bahan berbahaya atau beracun yang sifat dan konsentrasinya, baik langsung maupun tidak langsung dapat merusak atau mencemarkan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia. Limbah beracun dibagi menjadi :
Limbah mudah meledak
Limbah mudah terbakar
Limbah reaktif
Limbah beracun
Limbh yang menyebabkan infeksi
Limbah yang bersifat korosi
Limbah Infeksius
Limbah infeksius meliputi limbah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular serta limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik, ruang perawatan dan ruang isolasi penyakit menular.
Limbah Radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang berasal dari penggunaan medis atau riset radionucleida.
Limbah Umum
Berdasarkan bentuk limbah yang dihasilkan, limbah umum dibedakan menjadi :
Limbah padat
Limbah padat di laboratorium relative kecil, biasanya berupa endapan atau kertas saring terpakai, sehingga masih dapat diatasi. Limbah padat dibedakan menjadi 2 yaitu limbah padat infeksius dan limbah padat non infeksius.
Limbah gas
Limbah yang berupa gas umumnya dalam jumlah kecil, sehingga relative masih aman untuk dibuang langsung di udara, contohnya limbah yang dihasilkan oleh penggunaan generator atau dari thermometer yang pecah (uap air raksa)
Limbah cair
Limbah cair adalah sisa dari suatu hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair. Umumnya laboratorium berlokasi disekitar kawasan hunian, sehingga akumulasi limbah cair yang meresap kedalam air tanah dapat membahayakan lingkungan sekitar. Limbah cair ini terbagi atas : limbah cair infeksius, limbah cair domestic, dan limbah cair kimia.
Berdasarkan atas dasar asalnya, limbah dikelompokan menjadi 2 yaitu :
Limbah organik
Limbah ini terdiri dari bahan-bahan yang bersifat organic seperti dari kegiatan rumah tangga, kegiatan industry. Limbah ini juga bisa dengan mudah diuraikan menjadi proses yang alami.
Limbah anorganik
Limbah anorganik berasal dari sumber daya alam yang tidak dapat diuraikan dan tidak dapat diperbaharui.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan limbah kimia
Labelisasi botol atau wadah limbah
Semua wadah limbah harus diberi label dengan warna yang mencolok. Label tersebut diberi keterangan terkait nama lengkap bahan (tunggal atau campuran), mulai penyimpanan, tanggal pembuangan dan informasi penting lainnya. Jangan sampai label pada wadah tersebut rusak atau hilang, sehingga menyebabkan isi dalam wadah tidak diketahui secara pasti, dan dikhawatirkan terjadi pencampuran bahan yang semestinya tidak tercampur.
Tempat penyimpanan limbah
Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih tempat untuk menyimpan limbah, diantaranya :
Jangan menyimpan limbah dilemari asam dimana reaksi kimia sering dilakukan
Wadah untuk menyimpan limbah harus disesuaikan. Biasanya wadah yang sering dipakai untuk menyimpan limbah terbuat dari gelas kaca.
Jangan menggunakan wadah yang terbuat dari kaleng logam jika limbah bersifat asam dan basa kuat karena dapat merusak wadah dengan cepat.
Jangan menyimpan wadah limbah didekat air atau wastafel.
Kondisi tutup penutup wadah
Tutup wadah hanya dibuka pada saat memasukkan limbah ke dalam botol. Jika dikhawatirkan terjadi tekanan yang kuat pada wadah, maka tutupnya agak dilonggarkan. Jangan meninggalkan corong di wadah penyimpanan limbah. Corong yang digunakan pindah-pindah dari satu botol ke botol lain dapat menghasilkan gas atau ledakan, karena terjadi pencampuran limbah melalui corong yang tidak dicuci.
Pemisahan tempat penyimpanan wadah
Penyimpanan asam dan basa dilakukan di tempat/lemari yang berbeda. Pastikan wadah tidak bocor, karena kebocoran wadah dapat menyebabkan reaksi yang hebat, sehingga menimbulkan gas beracun.
Pisahkan tempat penyimpanan limbah asam dan bahan organik.
Tidak melakukan pencampuran bahan kimia tidak kompatibel dalam satu wadah limbah.
Penimbunan atau pengelolaan limbah
Idealnya, tidak lebih dari satu wadah untuk masing-masing jenis limbah berada di laboratorium. Jangan sampai ada empat wadah limbah organik dalam satu lab. Jika terjadi kebakaran, akan sangat berbahaya. Jika satu wadah tempat limbah penuh dengan limbah organik, segera pindahkan ke ruang preparasi untuk dibuang atau diolah. Pengolahan limbah ini, bisa dilakukan oleh manajemen laboratorium sendiri, atau juga bisa minta bantuan pihak ketiga untuk diolahkan. Tentunya ini membutuhkan biaya yang cukup mahal untuk mengolahnya agar aman dibuang ke lingkungan.

Referensi :
http://www.infolabling.com/2014/07/pedoman-teknis-untuk-pengelolaan-limbah.html#.W3uElegzbIU (diakses 21 agustus 2018 pukul 10.25am)

https://www.kimiafi.com/2017/07/cara-penanganan-dan-pengolahan-limbah-kimia-laboratorium.html (diakses 20 agustus 2018 pukul 20.30)

http://nuristianah.lecture.ub.ac.id/files/2015/03/SPL_Limbah-B3 (diakses 20 agustus 2018 pukul 20.45)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

VENTILASI INDUSTRI part 1

VENTILASI INDUSTRI bagian 1 oleh : Tomy Mismahendra Latar Belakang  › Modernisasi rancang bangun gedung / tempat kerja yang berubah menjadi tidak ramah udara terbuka › Indoor Air Quality / KUDR ( Kualitas Udara Dalam Ruangan ) menjadi buruk akibat polutan yang dihasilkan dalam ruang kerja › Polutan dalam ruang kerja tertutup akan mengakibatkan menurunnya kondisi kesehatan pekerja รจ SBS,even worse PAK › Mandatori dari Permen No 5 tahun 2018 tentang K3 lingkungan Kerja pasal 41 ayat 1,2 dan 3 1. Pengurus &/ Pengusaha wajib menyediakan sistem ventilasi udara utk menjamin kebutuhan pekerja&mengurangi kadar kontaminan 2. Sistem ventilasi bisa berupa alami , buatan atau kombinasi 3. Sistem Ventilasi udara dibersihkan min. 3 bln sekali DEFINISI › Ventilasi adalah   tempat pertukaran udara  yang digunakan untuk memelihara      dan   menciptakan udara sesuai dengan kebutuhan atau

TIPS PENCEGAHAN RESIKO CEDERA ERGONOMI AKIBAT PENANGANAN MANUAL (MANUAL HANDLING) DI PERKANTORAN (Bagian 1)

TIPS PENCEGAHAN RESIKO CEDERA ERGONOMI AKIBAT PENANGANAN MANUAL (MANUAL HANDLING) DI PERKANTORAN (Bagian 1) Oleh : Tomy Mismahendra Penanganan manual berarti memindahkan atau mengangkat beban dengan menggunakan tangan atau lengan. Penanganan manual semacam itu meliputi mengangkat, menurunkan, mendorong, menarik dan membawa beban, yang bisa berupa barang, orang atau lainnya. Di lingkungan kantor, kegiatan penanganan manual yang paling umum adalah memindahkan kotak kertas fotokopi, file, galon air minum dan perabotan. Operasi penanganan manual ini tidak mungkin menciptakan risiko kesehatan dan keselamatan yang signifikan jika dilakukan dengan benar. Namun, ada sejumlah faktor yang bisa meningkatkan risiko cedera dalam penanganan manual. Adapun faktor tersebut termasuk karakteristik pekerjaan dan beban, lingkungan kerja dan kemampuan individu; misalnya b eban berat / besar, bekerja dengan postur canggung, penerapan kekuatan tubuh yang salah, gerakan berkepanjangan, berulan

PENGARUH JAMUR TERHADAP UDARA LINGKUNGAN KERJA

PENGARUH JAMUR TERHADAP UDARA LINGKUNGAN KERJA Oleh :  Harry Saputra, S.K.M Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Kita telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari, meskipun tidak sebaik tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas. Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu lapuk, serasah, maupun tumpukan jerami, namun jamur tersebut segera mati setelah musim kemarau tiba. Jamur merupakan mikroorganisme yang tidak berklorofil, sehingga ia tidak dapat membuat makanannya sendiri. Oleh karena itu hidupnya heterotrofik, yaitu membutuhkan senyawa organik untuk nutrisinya (zat/sumber makanan). Sebagian besar tubuh jamur terdiri atas benang-benang yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala, yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan atas miselium vegetatif yang berfungsi menyerap nutrient (sumber makanan) dari lingkungan, dan