PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG
Oleh : Harry Saputra, S.K.M
Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Sistem tanda bahaya kebakaran adalah suatu totalitas komponen
dan sub-sub komponen yang dirangkai menjadi satu untuk suatu tujuan memberi
peringatan sejak dini baik kepada penghuni maupun kepada petugas, bila disuatu
bagian area tertentu terjadi bahaya kebakaran atau setidak-tidaknya awal
kejadian kebakaran. Peralatan deteksi kebakaran adalah ujung-ujung jaringan dari
sebuah sistem, dari titik-titik inilah suatu sinyal alarm kebakaran sebenarnya
berasal.
Setiap kebakaran harus ditanggulangi secepat dan
setepat mungkin baik oleh penghuni bangunan maupun oleh petugas yang telah
ditunjuk. Di dalam suatu area yang luas, penghuni atau petugas tidak mungkin mengetahui
situasi seluruh bagian-bagian area tersebut dalam suatu tertentu tanpa bantuan
peralatan khusus. Kebakaran dapat diatasi secepatnya apabila dapat diketahui
sedini mungkin. Untuk mengetahui kebakaran disuatu tempat pada area yang luas
sedini mungkin dengan personil yang terbatas, maka perlu tersedianya sistem
tanda bahaya kebakaran (fire alarm sistem).
I.
SISTEM
ALARM KEBAKARAN GEDUNG
Sistem alarm kebakaran gedung adalah suatu cara
untuk memberikan peringatan secara dini kepada penghuni gedung/petugas yang
ditunjuk, tentang adanya kejadian kebakaran disuatu bagian gedung. Setelah
adanya peringatan secara dini tersebut maka penghuni/petugas dapat mengambil
langkah atau tindakan pemadaman atau bila memungkinkan evakuasi jiwa dan harta benda.
Komponen Pokok Alarm Kebakaran Gedung, sebagai
berikut :
a. Manual call box (titik panggil manual)
b. Alat Pengindera kebakaran (detector
seperti smoke detector, heat detector, dan flame detector).
c. Panel control (main control panel)
II.
SISTEM
HYDRANT GEDUNG
Hydrant berasal dari kata Hydro = Air. Jadi
Hydrant merupakan tempat untuk mendapatkan sumber air yang dirancang khusus
untuk keperluan pemadaman kebakaran. Yang dilengkapi dengan selang dan pipa
pemancar untuk mengalirkan tekanan air.
Hydrant gedung
adalah hydrant yang terletak atau dipasang didalam bangunan yang sistem serta
peralatannya disediakan dan dipasang oleh pihak pengelola bangunan atau gedung
tersebut. Hydrant gedung ini terbagi dalam 3 kelompok, yaitu :
a.
Kelas
I : Hydrant dengan diameter selang
2,5 inchi, pengoperasiannya dipersiapkan bagi penghuni gedung yang telah
terlatih menggunakan peralatan tersebut, atau dioperasikan oleh petugas
kebakaran.
b.
Kelas
II : Hydrant dengan diameter 1,5 inchi,
pengoperasiannya dipersiapkan bagi
Penghuni gedung yang belum pernah mendapat latihan menggunakan peralatan
tersebut.
c.
Kelas
III : Hydrant gabungan antara Kelas I
dan Kelas II.
Adapun komponen
yang terdapat pada hydrant secara umum, yaitu :
a.
Tangki penampungan atau reservoir
Dalam sebuah gedung yang bertingkat
biasanya diletakan di basement atau di bawah tanah. biasanya posisinya
berdampingan dengan alat pompa air. Hal ini bertujuan untuk memudahkan
pengaliran air dari pompa ketangki penampungan sehingga jaraknya dibuat lebih
pendek. Sementara untuk kapasitas penampungan airnya ini tidak sama. Masing-masing
tangki ukurannya berbeda, disesuaikan dengan kebutuhan dan luas dari gedung
tersebut.
b.
Jockey pump unit
Komponen untuk penggerak awal saat stop
valve hydrant
box terbuka. Selain itu fungsi
dari komponen ini adalah untuk menstabilkan tekanan aliran air dari pipa jenis
wet riser sistem.
c.
Electric pump unit.
Komponen ini fungsinya hampir sama dengan jockey pum tapi ini adalah
sebagai lanjutan jika jockey pump sudah tidak bisa lagi memberikan suplai air
yang cukup. Seperti juga namanya maka electric pump unit menggunakan daya
listrik tertentu untuk mengalirkan air.
d. Diesel
pump unit.
Alat ini berfungsi sebagai
pendorong terakhir dalam sebuah sistem pemadam kebakaran. Untuk cara kerjanya,
diesel pump ini masih menggunakan starting pressure switch yang menggunakan
bahan bakar sendiri tanpa mengandalkan aliran listrik. Motor penggerak dari
diesel yang dirakit menjadi kesatuan diesel pump
e. Instalasi
hydrant unit.
Dalam sebuah sistem pemadam
kebakaran gedung-gedung bertingkat tinggi, hydrant unit memiliki saluran
pipa-pipa yang berasal dari tangki air menuju ke berbagai box hydrant yang
tersebar di seluruh titik yang ada di gedung tersebut. Pada umumnya hydrant
instalation ini diletakan pada sebuah ruangan sendiri.
f. Unit
penurun tekanan.
Komponen yang berfungsi untuk
membuat tekanan pada setiap pipa stabil hingga sampai ke box hydrant. Hal ini
penting karena tekanan sebanding dengan ketinggian. Jadi semakin tinggi box
hydrant itu berada maka tekanannya akan semakin besar.
g. Hydrant
box unit.
Adalah komponen fire hydrant
yang langsung berhubungan dengan operator. Fungsi dari komponen ini adalah
sebagai tempat untuk menyimpan peralatan pemadam api yang harus selalu siap
kapan saja digunakan.
III.
SISTEM
PEMANCAR AIR OTOMATIS (AUTOMATIC SPRINKLER SISTEM)
Sistem sprinkler otomatis adalah suatu
jaringan atau instalasi pemipaan yang dapat memancarkan air bertekanan
tertentu, secara otomatis berdasarkan sensor panas ke segala arah dalam satu
ruangan. Sprinkler Sistem Terbagi Atas :
a. Sistem Basah (Wet Pipe System)
Pada sistem ini seluruh jaringan sprinkler baik di bawah maupun diatas
katup kendali (control valve) berisi air bertekanan tertentu yang dihubungkan
dengan persedian air sehingga memungkinkan sistem sprinkler tersebut dapat
bekerja pada saat kepala sprinkler pecah dan lansung memancarkan air. Pada
sprinkler ini, pada katup kendalinya biasanya dilengkapi dengan peralatan
tabung penghambat (retard chamber). Yang berfungsi untuk menghindarkan aktifnya
alarm gong dari akibat terjadinya kelebihan tekanan air sesaat yang dikirim
melalui katup kendali. Adapun komponen pokok dari sprinkler sistem basah (wet
pipe sistem) sebagai berikut :
- Persediaan
Air
Sumber air untuk
menyediakan pasokan air bagi kebutuhan sistem sprinkler dapat berasal dari
PDAM, sumur dalam (artesis) atau kedua-duanya. Sedangkan untuk cara memasok air
ke sistem sprinkler ada 4 cara, yaitu dapat berupa langsung dari jaringan air
kota (Connection to Water Work Systam),
Pompa kebakaran (Fire Pump) dengan reservoir bawah tanah (Ground tank), Tangki
bertekanan (Pressure tank) dan reservoir (gravity tank).
- Pompa
kebakaran
Pompa-pompa yang terpasang pada sistem sprinkler merupakan perangkat alat
yang berfungsi untuk memindahkan air dari bak penampungan (reservoir) ke ujung
pengeluaran (kepala sprinkler). Pompa-pompa pada sistem sprinkler ini sekurang-kurangnya
terdiri atas 1 unit pompa jockey, 1 unit pompa utama dengan sumber daya listrik
dan generator serta 1 unit pompa cadangan dengan sumber daya motor diesel.
- Pemipaan
Rangkaian jaringan pemipaan pada sistem sprinkler terdiri atas pipa isap,
header, penyalur, tegak (riser), dan pipa cabang.
b. Sistem
kering (Dry Pipe System)
Sprinkler sistem kering ialah suatu jaringan sprinkler dimana selain
menggunakan katup kendali, sistem juga dilengkapi dengan katup pipa kering (dry
pipe valve) dari titik dry pipe valve sampai ke titik-titik sprinkler tidak
berisi air, tetapi berisi udara bertekanan. Sedangkan dari dry pipe valve
sampai ke pompa berisi air bertekanan
c. Sistem
curah (Deluge System)
Sistem ini biasanya
mengunakan kepala-kepala Sprinkler terbuka dan dilengkapi dengan katup curah
(Deluge Value). Sistem ini dimaksudkan untuk membasahi / membanjiri daerah awal
api, yakni melalui seluruh kepala sprinkler terbuka. Sistem ini dimaksudkan
untuk melindungi daerah hunian yang diklasifikasikan sebagai daerah sangat
berbahaya, misalnya pada bangunan hanggar pesawat, travo listrik tegangan
tinggi, Depo LNG dan LPG, dan lain-lain Pemasangan sistem curah ini dapat dikombinasi antara sistem basah dan
sistem kering. Selain itu dapat dibuat juga variasi yang didesain sebagian
daerah menggunakan sprinkler terbuka dan sebagian yang lain menggunakan
sprinkler tertutup.
- Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
Alat pemadam api ringan (APAR) adalah alat pemadam api yang ringan dan mudah dibawa
atau dipindahkan dan alat tersebut hanya dapat digunakan untuk memadamkan api
pada mula terjadi kebakaran pada saat api belum terlalu besar.
Bahan baku apar
terdiri dari :
a. Air
Air sampai sekarang masih dianggap sebagai bahan pemadam api yang utama
karena keberdaannya yang melimpah serta kemampuannya dalam menyerap panas. Dan
hampir pada setiap peristiwa kebakaran air selalu digunakan, kecuali untuk
kebakaran-kebakaran tertentu tidak menggunakan air sebagai alat pemadam
b. Busa (FOAM)
Bahan pemadam busa yang pertama adalah busa bahan kimia yang dihasilkan
dari pencampuran garam basa dengan garam asam dalam air. Reaksi tersebut
menghasilkan busa yang berasal dari karbondioksida yang terbentuk.
Pada APAR kedua bahan kimia tadi (garam basa dan garam asam) dalam bentuk
larutannya dipisahkan dalam dua tabung. Dan ketika akan digunakan kedua larutan
tadi dapat bercampur yang menghasilkan busa.
Prinsip pemadaman dari busa adalah mengisolasi bahan bakar dari oksigen
(udara) dan pendinginan karena mengandung air. Oleh karena itu untuk kebakaran
yang masih terdapat bahaya aliran listrik busa tidak dapat digunakan
c.
Serbuk kimia kering (dry chemical powder)
Dry Chemical adalah berbagai campuran dari partikel-partikel benda padat
halus yang kadang diberi tambahan perlakuan khusus, agar tahan pada pak-nya,
tahan lembab. Bahan-bahan ini dirancang untuk pemadaman kebakaran kelas A dan
B. Bila bahan ini tidak menghantar listrik, dapat digunakan untuk situasi
kebakaran klas
d. Gas karbondioksida (CO2)
APAR Jenis ini berisi gas CO2 yang dimampatkan sehingga
apabila kran di buka maka gas CO2 akan keluar, biasanya terlihat
seperti awan putih dan sedikit gumpalan salju. Namun terdapat beberapa
kekurangan pemakaian CO2, yaitu setelah karbondioksida hilang,
penyalaan kembali dapat terjadi, biasanya tidak dapat memadamkan kebakaran klas
A secara tuntas, tidak ekonomis untuk area kebakaran yang luas, menurunkan
kadar oksigen sehingga dapat menyebabkan sesak napas.
e. Halon
Halon adalah sebutan untuk hidrokarbon terhalogenisasi dan juga untuk
senyawa kimia yang mengandung unsur karbon plus satu atau lebih unsur dari
golongan halogen (florine, chlorine, bromine tau lodine). Walau banyak yang
termasuk golongan hidrokarbon terhalogenisasi, akan tetapi hanya beberapa jenis
halon yang sesuai untuk bahan pemadam api. Halon tidak mengahantar arus listrik
dan efektif untuk memadamkan kebakaran permukaan seperti pada cairan yang mudah
terbakar, sebagian besar material padat mudah terbakar dan kebakaran listrik.
Prinsip pemadamannya adalah secara kimiawi. Yaitu menghentikan proses
pembakaran itu sendiri dengan memutuskan rantai kimianya, mencegah perkembangan
lebih jauh dari api. Aksi kimia penghentian terbentuknya api ini dapat terjadi
hanya dengan sedikit konsentrasi halon untuk kebakaran yang relatif besar.
bahan pemadam api tipe ini efektif untuk mengontrol atau memadamkan api
permukaan yang menyangkut pada cairan mudah terbakar, padatan, atau gas-gas.
Kekurangannya adalah harganya yang relatif mahal dan efeknya merusak lingkungan
(Ozon).
Komentar
Posting Komentar