PENGARUH JAMUR TERHADAP
UDARA LINGKUNGAN KERJA
Oleh :
Harry Saputra, S.K.M
Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Kita
telah mengenal jamur dalam kehidupan sehari-hari, meskipun tidak sebaik
tumbuhan lainnya. Hal itu disebabkan karena jamur hanya tumbuh pada waktu
tertentu, pada kondisi tertentu yang mendukung, dan lama hidupnya terbatas.
Sebagai contoh, jamur banyak muncul pada musim hujan di kayu lapuk, serasah,
maupun tumpukan jerami, namun jamur tersebut segera mati setelah musim kemarau
tiba.
Jamur
merupakan mikroorganisme yang tidak berklorofil, sehingga ia tidak dapat
membuat makanannya sendiri. Oleh karena itu hidupnya heterotrofik, yaitu
membutuhkan senyawa organik untuk nutrisinya (zat/sumber makanan). Sebagian
besar tubuh jamur terdiri atas benang-benang yang disebut hifa, yang saling
berhubungan menjalin semacam jala, yaitu miselium. Miselium dapat dibedakan
atas miselium vegetatif yang berfungsi menyerap nutrient (sumber makanan) dari
lingkungan, dan miselium fertil yang berfungsi dalam reproduksi.
Jamur
merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum
fungi. Jamur pada umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda
dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan
reproduksinya.
Semua
jenis jamur bersifat heterotrof. Namun, berbeda dengan organisme lainnya, jamur
tidak memangsa dan mencernakan makanan. Untuk memperoleh makanan, jamur
menyerap zat organik dari lingkungan melalui hifa dan miseliumnya, kemudian
menyimpannya dalam bentuk glikogen. Karena jamur merupakan konsumen maka jamur
bergantung pada substrat yang menyediakan karbohidrat, protein, vitamin, dan
senyawa kimia lainnya. Sebagai makhluk heterotrof, jamur dapat bersifat parasit
obligat, parasit fakultatif, atau saprofit.
Jamur
merupakan komponen essensial dari ekositem kita, yang terdekomposisi dalam
berbagai macam bahan organik yang penting, seperti tanaman, hewan, dan
kehidupan manusia. Jamur banyak ditemukan didalam rumah,
gedung perkantoran, sekolah, dan tempat lain seperti kayu, kertas, karpet, dan
makanan.
Sifat-sifat jamur antara lain :
a.
Organisme
heterotrofik, yaitu organisme yang memerlukan senyawa organik untuk nutrisinya
(zat / sumber makanan).
b.
Organisme
Safrofit : hidup dari benda organik mati yang terlarut.
c.
Organisme
parasit : hidup dengan menempel pada inang
-
Parasit
Obligat : hanya biasa hidup pada inangnya, sedangkan diluar inangnya tidak dapat
hidup.
-
Parasit
Fakultatif : bersifat parasit apabila menemukan inang yang cocok, tetapi
bersifat saprofit jika tidak menemukan inangnya.
d.
Hidup
pada lingkungan yang asam atau konsentrasi tinggi (PH 3,8-5,6)
e.
Tumbuh
dalam kisaran suhu yang luas, dengan suhu optimum bagi Saprofit 220 –
300C dan Patogenik 300 – 370C.
f.
Tubuhnya
menyerupai benang-benang yang disebut hifa, hifa bercabang banyak membentuk
miselium (anyaman hifa).
g.
Jamur
mempunyai inti yang lengkap, yang disebut eukaryon. Yaitu inti yang berdinding,
memiliki nukleolus, dan bahan inti (kromatin) yang membentuk kromosom.
Perkembangbiakan Jamur
Jamur dapat berkembangbiak
secara seksual (perkawinan) maupun aseksual (tanpa perkawinan). Kedua tipe
perkembangbiakan tersebut dapat terjadi tergantung pada lingkungan yang
memungkinkan.
Secara Seksual : Reproduksi secara seksual pada jamur melalui kontak gametangium
dan konjugasi. Kontak gametangium mengakibatkan
terjadinya singami, yaitu persatuan sel dari dua individu. Singami terjadi
dalam dua tahap, tahap pertama adalah plasmogami
(peleburan sitoplasma) dan tahap kedua adalah kariogami (peleburan inti). Setelah plasmogami terjadi, inti sel
dari masing-masing induk bersatu tetapi tidak melebur dan membentuk dikarion. Pasangan inti dalam sel
dikarion atau miselium akan membelah dalam waktu beberapa bulan hingga beberapa
tahun. Akhirnya inti sel melebur membentuk sel diploid yang segera melakukan
pembelahan meiosis.
Secara Aseksual : Jamur menghasilkan spora. Spora jamur berbeda-beda bentuk dan ukurannya dan
biasanya uniseluler, tetapi adapula yang multiseluler. Apabila kondisi habitat
sesuai, jamur memperbanyak diri dengan memproduksi sejumlah besar spora
aseksual. Spora aseksual dapat terbawa air atau angin. Bila mendapatkan tempat
yang cocok, maka spora akan berkecambah dan tumbuh menjadi jamur dewasa.
Penyebaran Jamur
Seperti halnya jenis-jenis
mikroba lain, jamur dapat menyebar melalui berbagai habitat dan keadaan. Udara,
air, tanah, serta jasad hidup merupakan tempat penyebaran jamur yang paling
banyak.Tentunya udara, terutama kalau tertiup angin, merupakan tempat yang paling
besar artinya untuk penyebaran jamur dalam bentuk spora. Karenanya udara yang
bersih berarti bahwa kehadiran mikrobanya seperti jamur dapat diatasi atau
dihilangkan.
Keberadaan jamur perlu dimonitoring,
agar tidak menimbulkan efek yang merugikan. Baik itu efek kesehatan maupun efek
keselamatan, namun efek kesehatan lebih dominan dibandingkan dengan efek
keselamatan. Karena banyak keluhan yang berkaitan dengan kesehatan yang dialami
akibat terpajan oleh jamur. Seperti alergi, asthma,
dan masalah gangguan pernafasan yang lain. Efeknya dapat dirasakan secara langsung, misalnya setelah terpajan biasanya
terjadi iritasi pada mata, batuk, bersin, gatal, sakit kepala, dan kelelahan. Jamur
dapat dijumpai dimana saja, karena dapat berkembangbiak pada bahan-bahan organik
dan area yang lembab. Seperti pada kayu, kertas, karpet, dan makanan.
Jamur dapat menyebabkan
berbagai macam efek kesehatan tehadap manusia. Seseorang dapat terpajan jamur
melalui beberapa cara, seperti termakan/tertelan (ingestion) melalui makanan /
minuman, terhirup (inhalation) saat bernafas, dan melalui kulit (skin contact).
Tingkat keparahan dan efek
kesehatan yang muncul akibat pengaruh jamur dipengaruhi oleh jenis dan jumlah jamur yang terkontaminasi,
lamanya terpajan (durasi),
dan daya tahan tubuh.
Pencegahan
Semua jamur dalam kondisi dan konsentrasi apapun dapat menyebabkan efek
yang merugikan bagi kesehatan, oleh karena itu pencegahan terhadap pajanan
jamur sangat dibutuhkan untuk menurunkan risiko terhadap kesehatan. Salah satu
cara yang dilakukan adalah dengan mencegah pertumbuhan dan perkembangan jamur
dalam lingkungan kerja.
Langkah pertama dalam mencegah pertumbuhan jamur adalah dengan
menghilangkan sumber kelembaban, menurunkan kelembaban lingkungan kerja, dan
mengeringkan air yang tergenang.
Beberapa hal-hal
yang perlu diketahui dalam mencegah pertumbuhan jamur, antara lain :
a. Salah satu cara yang paling
efektif dalam mengurangi kontaminan dalam lingkungan kerja adalah dengan
mengontrol dan menghilangkannya dengan menyaring udara (filtering).
b. Filter yang paling efektif
adalah High Efficiency Particulate (HEPA).
c. Bersihkan karpet, dimana
jamur dapat tumbuh dan partikulat
menumpuk. Serta bersihkan pula dinding, lantai, dan langit-langit dari debu dan
usahakan tidak lembab.
d. Perhatikan sumber air / masalah
kebocoran air, dan material yang lembab untuk mencegah pertumbuhan jamur.
e. Kurangi tingkat kelembaban
udara lingkungan kerja sampai 25-75% untuk mengurangi pertumbuhan jamur. Karena
spora jamur akan meningkat dan terjadi pertumbuhan pada permukaan yang lembab.
f. Bersihkan tempat kerja secara rutin
dengan air dan deterjen untuk mencegah pertumbuhan jamur, serta segera
keringkan agar tidak lembab.
REFERENSI
A, Plog, Barbara. 1988. Fundamentals Of Industrial Hygiene. 3rd Edition, Chicago: National
Safety Council
Syahrurachman, Agus (Staf Pengajar FK UI). 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta:
Bina Rupa Aksara, UI Press.
Komentar
Posting Komentar